Sunday, March 27, 2011
PUISI BUAT IBU
Ibu
Usiaku kini telah berubah
Aku bukan lagi balita kecil
Kaulah yang telah membentuk jiwa mentah ini
Kaulah yang telah mengelola emosi labil ini
menjadi lokomotif kemajuan
Kaulah yang selalu memberiku keberuntungan
dengan nasihatmu kala malam telah larut
dan gerbang mimpi siap menghampiriku
Kala yang lain terlelap
Kutahu kau tak pernah terlena
Pikiran, hati, jiwa, dan emosiku selalu bekerja demi masa depanku
Kau selalu berpacu dengan waktu
Karena kau yakin, tanpa itu bisa jadi
aku terlindas oleh jaman yang semakin keras
Kaulah pengantar luasnya pengetahuanku
Kala wadah kosa kataku hanya bagai tetesan air
Kaulah yang memenuhinya hingga menjadi sebuah lautan
Kaulah bintang berkilauku
Yang tak akan pernah terlupakan
oleh rangkaian huruf cahaya sejarah peradaban manusia
Andai aku bisa, bunda
Kan kubalas segenap cinta dan kasihmu
Andai aku mampu, bunda
Kan kupersembahkan seterang kilauanmu,
sehangat dekapanmu, setulus kasihmu,
dan sebijak nasihatmu
Kutahu, bunda
Tanganmu tak pernah lepas berharap untukku
dalam setiap do’a yang kau panjatkan
Kutahu bunda
Senyummu selalu menyapa dalam setiap kata cinta
yang keluar dari lisanmu
Kutahu bunda
Mata hatimu selalu terjaga dalam setiap derapku
Ya Allah
Kutengadahkan tanganku berharap
kau membahagiakannya sepertiku kini
Ya Rabbi
Kumemohon berilah bunda mimpi yang selalu indah
Ya Rabbul Izzati
Kuberharap padaMu anugerahkan bunda kecupan hangat
Seperti yang selalu ia berikan padaku saat aku terbangun di pagi hari
Ya Illahi
Sejahterakanlah bunda
Bunda, pelangi dan matahariku
Hari ini kuhaturkan dengan tulus padamu
Monday, March 7, 2011
Mencintai Rasulullah SAW
Assalamu alaika, zain al anbiya-i
(Salam bagimu, wahai hiasan para Nabi)
Assalamu alaika, azkal azkiya-i)
(Salam bagimu, Yang Tersuci dari Orang-orang suci)
....
Anta syamsun, anta badrun, anta nurun fauqa nuuri
(Engkau matahari, bulan purnama, cahaya di atas cahaya)
...
Begitu sebagian untaian shalawat dan syair-syair Maulid yang banyak dibaca di Kalteng/Kalsel, sebagai perwujudan cinta dan pujian kepada Nabi k ita Muhammad SAW. Syair-syair di atas adalah gubahan ulama-ulama terdahulu, yang kemudian ditradisikan oleh umat Islam secara turun temurun.
Sebagian orang menyebutnya sebagai bid'ah, kultus individu, dan lain lain sebutan. Karena memang tidak ada dalam Al-Quran maupun hadis secara tersirat. Padahal syair-syair tersebut hanyalah ungkapan shalawat, pujian, salam, dan kerinduan. Sesuatu yang alami, murni dari para peci nta Rasulullah SAW. Cinta memang tidak bisa hanya cu kup disimpan dalam hati tetapi harus diekspresikan dengan ucapan dan perbuatan. Bagi orang awam (seperti saya), sangat terbantu mengekspresikan cinta kita kepada Rasulullah SAW dengan syair-syair maulid ini. Biarlah orang lain mengatakan bid'ah, bagi kita inilah salah satu ungkapan yang bisa kita berikan kepada insan yang paling mulia, paling suci, paling baik, paling kita rindukan, dan paling kita cintai.
Bukankah Allah SWT sendiri dan para malaikat memberikan salaw at, sebagai penghormatan, terlebih dahulu sebelum menyuruh kita mengucapkan salawat? Bukankah Allah SWT juga memuji Muhammad Rasulullah SAW sebagai yang berakhlaq agung (la'ala khuluqin adziem), suri tauladan yang baik (uswatun khasanah), cahaya (nur), rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil alamin), dan yang belas kasih dan penyayang (raufur rahim)?
Tetapi tentu, tidak hanya dengan pujian dan salawat saja semestinya, bukti cinta kita kepada Rasulullah SAW. Ada banyak hal y ang akan menambah kualitas cinta kita kepada Insan Utama i ni. Menurut saya, berikut di antaranya:
1. Menjalankan pesan-pesan dan ajaran Rasulullah SAW.
Ada banyak pesan-pesan Rasulullah sebagai kecintaan Rasul kep ada umatnya, yang terhimpun dalam berbagai hadis Nabi. Tentu bukti kecintaan kita adalah dengan menjalankan pesan-pesan itu. Apal agi pesan-pesan itu adalah hal-hal yang memang akan menyelamatkan dan membahagiakan kita di dunia dan akhirat.
'Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku (Nabi), maka Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu' (QS 3:31)
2.Merindukan bertemu Rasulullah SAW.
Kalau kita mencintai gadis/pria, tentu kita selalu merindukan nya dan ingin bertemu dengannya. Biarpun jauh, penuh rintangan, tentu akan kita lakukan demi kecintaan kita kepadanya. Begitu juga kecintaan kita kepada Rasul. Kita belum pernah bertemu dengannya, namun kita sudah merasakan nikmat karena mengikuti ajarannya. Alangkah senangnya kita jika suatu saat bertemu dengannya. Tentu, kita akan berupaya sekuat tenaga agar bisa berjumpa dengan Rasul kekasih kita.
Suatu ketika salah seorang sahabat Rasul menyatakan cintanya kepada Rasulullah SAW. Rasul menjawab: 'Anta ma'a man ahbabta' (engkau beserta orang yang engkau cintai).
3. Memperbanyak shalawat dan pujian untuk Nabi SAW
Bertolak dari firman Allah SWT:
'Sesungguhnya Allah dan para Malaikat bershalawat kepada Nabi . Wahai orang-orang beriman, bershalawatlah kepadanya dan ucapkanlah salam ..'
Maka shalawat Nabi banyak diucapkan dimana-mana, paling tidak dalam shalat-shalat kita. Kemudian para ulama menggubah berbagai macam shalawat dan pujian sebagai ungkapan kecintaan kepada Nabi S AW. Shalawat dan pujian inilah yang banyak dibacakan di bul an maulid ini.
4. Mencintai keluarga (ahlul bait) Nabi SAW
Dalam Shahih Muslim, kitab hadis paling valid kedua setelah Bukhari, disebutkan p esan Nabi SAW;
'Aku tinggalkan dua bekal yang berharga (tsaqalain). Pertama adalah Kitabullah, di dalamnya terdapat petunju k dan cahaya. Laksanakanlah Kitabullah itu dan berpega ng teguhlah kepadanya. (Dan berpegang pula) pada Ah lul Baitku. Aku peringatkan kalian tentang ahlul baitku (3x)'
Dalam hadis lain:
'Aku tinggalkan dua perkara yaitu Kitabullah dan keluargaku, keduanya tidak akan berpisah hingga saat menemui ku di Telaga, maka perhatikanlah sikap kalian terhadap mereka' (HR Ahmad, Nasa i, dan Tirmidzi)
Ibn Hajar: dinamakan tsaqalain karena agungnya derajat keduanya.
Dalam Al-Quran (42:23) disebutkan:
'A ku tidak meminta upah kepadamu atas seruanku, kecuali kecintaan kepada kerabat (al-Qurba)'. Ketika sahabat bertanya, siapakah Al-Qurba ? Rasulullah menjawab: Ahlil baitku
Siapakah Ahlul Bait Nabi SAW?
Nah, disini ada 2 kelompok besar dalam menafsirkannya:
a. Kalangan Ahlus-Sunah
Kalangan Ahlus-Sunah rata-rata memberi makna yang luas dan beragam, mulai dari Ali, Hasan, Husain dan keturunannya, hingga istri-i stri Nabi SAW, keluarga Ja'far, dan Keluarga Abas, serta Bani Abdul Muthalib dan Bani Hasyim.
b. Kalangan Syiah
Kalangan syiah (mayoritas) hanya memberi makna Ahlul Bait kepada 12 Imam, yaitu Ali, Hasan, Husain, dan 9 keturunan Husain.
Baik makna sempit atau luas, keduanya bermakna keluarga Nabi. Memang merekalah merupakan salah satu tonggak Islam dal am sejarah. Keluarga Nabi terkenal kesalihannya dan semangat dalam menyebarkan Islam ke seluruh dunia. Termasuk di Indonesia, penyebar mula-mula Islam di Indonesia adalah keluarga Nabi.
Kepada para ahlil bait Nabi SAW inilah kita bershalawat dalam setiap shalat. 'Allahumma shali 'ala Muhammad, wa aali Muhammad...'. Kepada mereka pula kita seharusnya ci nta, hormat, dan mengikuti ajaran-ajarannya. Tidak perlu takut kita mengungkapkan kecintaan kepada ahlul bait Nabi, karena itu pesan Rasulullah SAW. Sehingga Imam Syafi'i berujar, 'Jika mencintai Ahl ul Bait disebut Rafidi (Syiah), ketahuilah bahwa saya seorang Rafidi'.
5. Menjaga nama baik Nabi SAW dan umatnya.
Kalau kita mencintai seseorang tentu kita tidak rela jika ora ng tersebut dicaci atau dijelek-jelekkan. Tetapi yang lebih tinggi lagi, kita berusaha menjaga nama baik dengan menjadi t eladan yang baik, sehingga kita ikut membawa nama baik orang yang kita cintai.
Begitu juga kita, tentu harus membela Nabi SAW, jika ada oran g yang mencela Beliau. Namun ada yang lebih tinggi, yai tu menunjukkan kepada dunia bahwa umat Muhammad adalah umat yang mulia, berwib awa dan terhormat. Kalaupun tidak seperti umat Islam terdahulu, minimal tidak menjadi umat yang membawa nama buruk Nabi kita apalagi jika memalukan nama Beliau.
Kita tahu umat Islam terdahulu mampu merubah dari bangsa yang dilihat pun tidak oleh bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa yang berdiri tegak, beradab bahkan menjadi puncak peradaban saat itu. Kini kita mendapati umat Rasulullah tidak dalam posisi mulia. Bangsa mayoritas muslim saat ini identik dengan bangsa miskin, bodoh, t idak tertib, dan yang paling memalukan... bangsa yang paling korup. Dari data statistik, 90% orang miskin ada di Asia & Afrik a, banyak -kalau tidak kebanyakan- dari mereka adalah Muslim.
Padahal umat Islam terdahulu dikenal karena bersemangat baja, tertib, menjaga kehormatan, membela orang-orang lemah dan miskin, menjunjung tinggi ilmu dan menjaga kesucian diri dan harta. Kini harus kita akui bahwa kita harus belajar dari bangsa-bangsa lain, dan terutama nilai-nilai dasar kita dan contoh orang-orang terdahulu yang telah membawa nama baik umat Muhammad SAW.
Kita tentu senang dan bangga, jika Michael H Hart dalam buku yang terkenal menjadikan Nabi Muhammad SAW dalam urutan teratas daftar orang-ora ng yang paling berpengaruh dalam sejarah. Namun kita malu mendapati ban gsa-bangsa muslim terbesar seperti Indonesia, Pakistan, Ban glades adalah diantara bangsa-bangsa paling korup di dunia.
Kita tahu Rasulullah SAW adalah orang yang sangat cinta dan concern dengan umatnya, sehingga digambarkan Allah SWT:
'Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kaum k alian sendiri. Ia merasakan beratnya penderitaan kalian, sangat mendambakan (keimanan dan keselamatan) kalian, dan amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang beriman' (QS 9:128)
Begitu cintanya Rasul terhadap umatnya sehingga konon diantara ucapan terakhir bel iau adalah 'umatku... umatku..'. Entah bagaimana wajah kita jika ketemu Rasulullah, dan melaporkan 'Ya Rasulullah, kini umatmu sangat banyak, nomor 2 di dunia, lebih dari 800 juta. Ne gara terbesar umatmu adalah Indonesia, lebih dari 180 juta Muslim... Hanya saja, maafkan ya Rasulullah, bangsa ini banyak yang miskin, bodoh, tidak tertib, dan termasuk paling korup di dunia.....'. Entah baga imana pula, perasaan Rasulullah Mulia mendengar ini....
Khatimah
Di bulan Maulid yang mulia ini, marilah kita perdalam kecintaan kita kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu Alaihi Wa aalihi wa sal am. Minimal dengan mendendangkan lagi shalawat di rumah-rumah kit a, bukan hanya musik-musik dangdut atau Peterpan. Berikut shalawat yang dulu sering kami senandungkan di langgar-langgar (di Jawa) sebagai puji-pujian. Seiring gerakan modernisme, puji-pujian mulai jarang terdengar...
Allahumma shali wa salim 'alaa sayidina wa maulana Muhammadin. Adada maa bi 'ilmillahi shalatan daimatan bi dawamim mulkillahi...
(Ya Allah sampaikan salawat dan salam untuk junjungan kami Muhammad (dan keluarganya), shalawat sebanyak ilmu Allah, selamanya dengan keabadian kerajaan Allah.)
Mudah-mudahan dengan pernyataan cinta kita kepada Rasulullah SAW ini. Rasulullah menyahut : 'Engkau beserta orang yang engkau cintai'.
Ameen...Ya Rahman