Rasulullah adalah sosok figur yang memiliki akhlak sempurna. Akhlak beliau begitu selaras dengan Al Qur’an, sehingga ketika Ibu kita ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhu ditanya tentang akhlak Rasulullah, beliau menjawab,
“Akhlak beliau adalah Al Qur’an.”
Dan di antara kesempurnaan karakteristik beliau adalah beliau hidup dengan begitu sederhana. Cobalah Anda baca dan renungkan sebuah kisah yang diceritakan oleh sahabat Umar bin Khattab yang saya nukilkan dari buku Kesempurnaan Pribadi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang ditulis oleh Asy Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu berikut:
Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu bercerita tentang hadits ila’ (sumpah) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap istri beliau untuk tidak mendatangi mereka selama sebulan. Beliau menjauhi istrinya di sebuah ruangan.
Tatkala Umar masuk kepada beliau di ruangan tersebut, tidak didapati kecuali sedikit makanan, qaradha (daun yang dipakai untuk menyamak kulit -ed), gandum, dan sebuah kantong air dari kulit. Beliau berbaring di atas tikar yang jalinannya membekas pada tubuh beliau sehingga Umar menangis.
Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bertanya kepada Umar, “Ada apa denganmu?”
Umar mengatakan, “Wahai Rasulullah, engkau pilihan Allah dari makhluk-Nya, sedangkan pembesar Romawi dan Persia dalam kondisi yang mewah.”
Maka beliau duduk dan memerah wajahnya dan bersabda, “Apakah engkau ragu, wahai Umar?”
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Mereka adalah kaum yang disegerakan bagi mereka kemewahan-kemewahan di dunia.”
Dalam riwayat Muslim, dikisahkan bahwa beliau berkata “Bukankah kamu ridha bagi mereka dunia dan bagi kita akhirat?”
Umar menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah!”
Kemudian beliau bersabda, “Maka pujilah Allah ‘azza wa jalla!”
(Hadits riwayat Al Bukhari dan Muslim)
Di dalam kisah yang lain, dari sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berbaring di atas tikar yang berserat dan membekas pada kulit beliau, lalu aku pun mengusapnya dan aku berkata, ‘Bapak dan ibuku menjadi tebusan bagimu! (kalimat ini digunakan orang Arab untuk menguatkan makna kalimat setelahnya-ed) Tidakkah engkau mengijinkan kami untuk membentangkan bagimu sesuatu yang nyaman ketika engkau tidur?”
Maka beliau bersabda,
“Apa urusanku dengan dunia ini? Tidaklah aku dibandingkan dunia kecuali seperti orang yang bepergian yang berteduh di bawah pohon kemudian istirahat, dan pergi meninggalkannya.”
(HR. At-Tirmidzi dan berkata, “Hadits hasan shahih.”)
Beliau hidup dengan begitu sederhana, jauh dari kemewahan, bagaimana dengan kita yang mengaku sebagai pengikut beliau? Ingatlah firman Allah…
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ * حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ
“Bermegah-megahan telah melalaikan kalian, sampai kalian masuk ke dalam kubur.” (At Takatsur: 1-2)
No comments:
Post a Comment